Isaac si Anak Pemburu

Si anak pemburu yang tinggal di hutan bersama ayahnya, suatu hari harus kehilangan ayahnya yang pergi ke hutan

CERPEN

penulis: friady

2/27/20242 min read

Setiap pagi, Isaac dan ayahnya bangun dengan sinar matahari yang menyambut mereka di tengah hutan yang hijau. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu di pinggiran hutan, tempat di mana suara alam menjadi musik pagi mereka.

Di suatu pagi yang cerah, ayah Isaac pergi berburu di hutan seperti biasa. Namun, saat malam menjelang, Isaac mulai merasa gelisah karena ayahnya belum juga kembali. "Apa yang terjadi padanya?" gumam Isaac dalam hatinya.

Dengan hati yang resah, Isaac mempersiapkan barang-barangnya sebelum berangkat mencari ayahnya. Namun, dalam kegelapan hutan yang semakin memadat, pencarian Isaac tidak kunjung membuahkan hasil. Rasa panik mulai menyergapnya. Tiba-tiba, ia menyadari bahwa ia tidak mencatat jalur pergi mereka seperti yang selalu diajarkan ayahnya, membuatnya kesulitan untuk kembali ke titik awal.

Sementara itu, di tengah hutan yang gelap, Isaac mulai merasakan kebingungan. Namun, ia mengingat keterampilan yang pernah diajarkan oleh ayahnya. Dengan berbekal pengetahuan untuk membangun tenda, Isaac berhasil membuat tempat perlindungan sementara di malam yang gelap itu.

Dengan perbekalan yang dimilikinya, Isaac berusaha bertahan hidup di hutan. Dia berhasil menangkap binatang kecil untuk makanan, menyalakan api kecil, dan mempraktikkan teknik menampung serta menyaring air bersih. Namun, masalahnya belum berakhir.

Pagi hari datang, namun Isaac masih terjebak di hutan, tidak tahu arah pulang. Namun, di saat-saat putus asa, ia teringat akan suar yang selalu tersedia di dalam tasnya. Dengan penuh harap, ia menembakkan suar tersebut ke langit. Ternyata, suar itu terlihat oleh ayahnya yang tidak jauh darinya.

Di tempat yang tak jauh, ternyata ayah Isaac terjebak jatuh ke dalam lubang. Dari sana iya bisa melihat suar yang terbang ke langit. Dia pun berteriak dan sesekali meniup peluit yang selalu dibawanya. Samar-samar isaac mendengar suara peluit tersebut. Dia pun yakin itu adalah suara peluit ayahnya yang sehari-hari juga sering diajarkan oleh ayahnya. Isaac pun mulai bergerak ke arah suara peluit, dan betapa bahagianya dia ketika melihat bahwa ayahnya dalam keadaan baik-baik saja di dalam lubang. Isaac bergegas mengeluarkan tali dari dalam tas dan mengikatkan salah satu ujungnya ke pohon. Tentu saja ayahnya juga sudah mengajarkan cara membuat simpul sesuai dengan kebutuhan. Tali pun dilemparkan ke bawah dan disambut oleh ayahnya. Mereka memulai perjalanan pulang hingga akhirnya berhasil kembali ke rumah dengan selamat.

Di tengah keberhasilan mereka pulang, Isaac menyadari betapa berharganya ilmu dan keterampilan yang diajarkan oleh ayahnya. Meskipun terkadang terasa tidak berguna, Isaac memahami bahwa semua ilmu memiliki nilai dan manfaatnya masing-masing, bahkan dalam situasi yang tidak terduga sekalipun. Dengan penuh rasa syukur, Isaac berjanji untuk selalu menghargai dan menyimpan ilmu yang telah dia pelajari, karena dia sadar bahwa kita tidak pernah tahu kapan ilmu tersebut akan menjadi penolong bagi kita.